Profil Daerah
Gambaran Umum Aspek Geografis Kalimantan Barat
1.1. Letak Wilayah
Kalimantan Barat secara geografis terletak pada posisi 2° 05’ LU – 3° 05’ LS dan 108° 30’ – 114° 10’ BT. Secara dimensi kewilayahan, Kalimantan Barat dapat dibagi menjadi 3 (tiga) dimensi wilayah, yakni wilayah pesisir dan kepulauan, wilayah pedalaman dan wilayah perbatasan antar negara.
Untuk wilayah pesisir dan kepulauan terdiri atas Kabupaten dan Kota yang berada di wilayah pesisir yakni Kota Pontianak, Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Ketapang, dan Kabupaten Kayong Utara. Sedangkan untuk wilayah pedalaman terdiri atas Kabupaten Kapuas.Hulu, Kabupaten Sintang, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kabupaten Sekadau, Sanggau, Kabupaten Landak, dan Kabupaten Ketapang.
Sementara itu, untuk dimensi wilayah perbatasan antara negara merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia disebelah utara yakni terdiri atas Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang dan Kabupaten Kapuas Hulu.
1.2. Luas Wilayah
Luas wilayah Kalimantan Barat sebesar 147.307 km2 atau 1,13 kali luas Pulau Jawa dan termasuk Provinsi terbesar ketiga setelah Provinsi Papua (319.036,05 km2) dan Kalimantan Tengah (153.564,50 km2), sedangkan keempat adalah Kalimantan Timur (129.873 km2 setelah dikurangi Provinsi Kalimantan Utara). Adapun batas-batas wilayah adalah sebagai berikut:
- Bagian Barat berbatasan dengan Selat Karimata.
- Bagian Utara berbatasan langsung dengan Sarawak (Malaysia Timur) dan Provinsi Kalimantan Timur.
- Bagian Selatan berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah serta Laut Jawa.
- Bagian Timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Peta Batas Administrasi Provinsi Kalimantan Barat
Secara administratif Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari 14 (empat belas) kabupaten/kota yaitu dua belas kabupaten dan dua kota. Empat belas kabupaten/kota ini terbagi dalam 174 kecamatan, 99 Kelurahan dan 2.031 desa.
1.3. Topografi
Topografi Provinsi Kalimantan Barat dianalisis dari aspek ketinggian lahan dan kemiringan lahan. Secara umum,daratan Kalimantan Barat merupakan daratan rendah, sedikit berbukit yang menghampar dari Barat ke Timur di sepanjang Lembah Sungai Kapuas serta Laut Natuna/Selat Karimata, sepanjang daerah daratan berawa-rawa bercampur gambut dan hutan mangrove. Wilayah daratan diapit oleh Pegunungan Kalingkang/Kapuas Hulu di bagian Utara dan Pegunungan Schwaner di bagian Selatan sepanjang perbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah. Dipengaruhi oleh daratan rendah yang amat luas, maka ketinggian gunung-gunung di Kalimantan Barat relatif rendah dan non aktif, adapun gunung yang paling tinggi adalah gunung Baturaya di Kec. Ambalau Kab. Sintang dengan ketinggian 2.278 meter dari permukaan laut dan terendah adalah gunung Cabang dengan ketinggian 103 meter di Kec. Pulau Maya Karimata Kab. Kayong Utara.
Sekitar 29,21 persen atau 4.287.880 Ha wilayah Provinsi Kalimantan Barat berada pada kelas lereng < 2 persen atau cenderung landai. Sementara itu, sekitar 33,34 persen atau 4.894.333 Ha berada pada kelas lereng 2-15 persen atau cenderung bergelombang. Sedangkan 21,31 persen atau 3.127.844 Ha wilayah Provinsi Kalimantan Barat berada pada kelas lereng 15-40 persen atau cenderung curam dan sekitar 16,15 persen atau 2.370.643 Ha wilayah Provinsi Kalimantan Barat berada pada kelas lereng >40 persen atau cenderung sangat curam.
1.4. Geologi
Dilihat dari tekstur tanahnya, sebagian besar daerah Kalimantan Barat memiliki jenis tekstur tanah Sedang yakni seluas 6.714.126 Ha, sementara 3.439.943 Ha merupakan jenis tekstur tanah halus, 2.762.006 Ha merupakan jenis tekstur tanah Kasar, 1.543.752 Ha merupakan jenis tekstur tanah Gambut dan 220.873 Ha merupakan jenis tekstur tanah rawa.
Sementara itu dilihat dari kandungan tanah, sebesar 5.806.633 Ha memiliki kandungan tanah Kwarter. Sedangkan 3.102.464 Ha memiliki kandungan tanah Carboniferous jenis Effusive, dan 1.468.680 Ha memiliki kandungan tanah intrusif dan plutonik asam. Beberapa wilayah lainnya memiliki kandungan tanah Naegon, Kapur, Jura, Trias, Permokarbon Trias Atas, dan beberapa jenis Carboniferus lainnya.
1.5. Hidrologi
Daerah Aliran Sungai di Kalimantan Barat cukup banyak, akan tetapi terdapat 3 (tiga) DAS terbesar diantaranya yakni DAS Kapuas, DAS Pawan dan DAS Jelai.
Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah provinsi yang dijuluki dengan “Seribu Sungai”, julukan ini selaras dengan kondisi geografis Kalimantan Barat yang memiliki ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering dilayari serta merupakan urat nadi dan jalurutama sarana transportasi daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah menjangkau sebagian besar kecamatan.
Sungai besar utama dan terpanjang di Indonesia adalah Sungai Kapuas yaitu 1.086 km (daerah yang dilalui adalah Kabupaten Kapuas Hulu, Kab. Sintang, Kab, Sanggau, Kab. Sanggau, Kab.Sekadau, dan Kota Pontianak) dan sepanjang 942 dapat dilayari beragamnya sungai-sungai di Kalimantan Barat, maka sebaliknya yang terjadi dengan danau, di Kalimantan Barat danau-danau yang ada hanya ada dua yang cukup berarti. Kedua danau ini adalah Danau Sentarum dengan luas (117.500 hektar), Danau Luar I (5.400 hektar). Kedua danau ini berlokasi di Kabupaten Kapuas Hulu dan mempunyai potensi perikanan dan pariwisata yang baik.
1.6. Klimatologi
Oleh karena posisi geografis Kalimantan Barat yang terletak di garis Khatulistiwa maka iklim di Kalimantan Barat yakni Iklim Tropis dengan 2 (dua) musim, yakni musim panas dan musim penghujan. Suhu udara di Kalimantan Barat relatif panas yang diikuti dengan kelembaban udara yang tinggi. Berdasarkan catatan empiris dari 8 (delapan) stasiun meteorologi di Kalimantan Barat, suhu udara di daerah Kalimantan Barat cukup normal dengan suhu terendah yang tercatat 25,9°C di Stasiun Meteorologi Melawi pada bulan Desember 2017 dan suhu tertinggi yang tercatat adalah 28,4°C pada stasiun meteorologi Pontianak, Mempawah dan Ketapang pada bulan Juni 2017.. Pada Tahun 2017 tercatat dari 8 (delapan) stasiun meteorologi di Kalimantan Barat rata-rata curah hujan di Kalimantan Barat tertinggi pada bulan Agustus sebesar 406,9 mm dan bulan November sebesar 337,9 mm, sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juni sebesar 196,5 mm. Semetara rata-rata dari 8 (delapan) stasiun meteorologi di Kalimantan Barat untuk Jumlah Hari Hujan Tahun 2017 terbanyak pada bulan November yakni 25 hari hujan.
1.7. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan terbagi menjadi Kawasan budidaya dan Kawasan lindung. Kawasan budidaya terdiri dari Kawasan peruntukan hutan produksi, pertanian, pertambangan, industry, pariwisata, pemukiman, pesisir dan pulau-pulau kecil. Berdasarkan data dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Barat yang terdapat dalam Kalimantan Barat Dalam Angka 2018, total luas Kawasan budidaya di Kalimantan Barat adalah 6.429.721. Ha dan Kawasan Non Budidaya 8.322.447 Ha
Aspek Demografi Provinsi Kalimantan Barat
Berdasarkan data Agregat Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2020, jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 semester II berjumlah sekitar 5.440.030jiwa, dimana 2.800.189 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 2.639.841 jiwa adalah perempuan. Dengan luas wilayah 147.307 Km2, maka kepadatan penduduk Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 37 jiwa perkilometer persegi.
Dilihat dari sebaran penduduk, pada tahun 2019 Kota Pontianak merupakan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk terbesar yakni sebesar 6.205 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan Kabupaten Kapuas Hulu merupakan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk terkecil yakni sebesar 8 jiwa per kilometer persegi.
Berdasarkan kelompok umur, sebanyak 3.776.988 jiwa merupakan kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun). Tingginya penduduk usia produktif memberikan keuntungan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat. Sementara itu untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2019 yakni sebanyak 1.397.449 jiwa, sedangkan untuk penduduk usia lanjut usia (kelompok 65 tahun ke atas) sebanyak 265.593 jiwa. Informasi lebih lengkap terkait Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Usia dapat dilihat pada tabel dan gambar piramida penduduk dibawah ini:
Komposisi penduduk menurut agama diperlukan sebagai dasar untuk merencanakan penyediaan sarana dan prasarana peribadatan. Secara umum terdapat enam agama di Kalimantan Barat, yaitu Islam, Kristen,Katholik, Hindu, Budha, dan Khonghucu. Adapun masih juga ditemukan beberapa Aliran Kepercayaan.
Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Kalimantan Barat tahun 2018 penduduk Kalimantan Barat berjumlah 5.440.030 seperti dalam tabel berikut. Mayoritas penduduk Kalimantan Barat beragama Islam berjumlah 3.263.658, penganut agama Katholik berjumlah 1.206585.Sedangkan penganut Kristen berjumlah 627.063,penganut Khonghucu 13.040, Hindu 2.933, dan Budha 325.075 dan ditemukan Aliran Kepercayaan sebanyak 1.676. Rinciannya sebagai berikut:
Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Gambaran kondisi aspek kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat diuraikan dalam fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dan fokus kesejahteraan sosial sebagai berikut.
- Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi diukur dari pertumbuhan ekonomi, PDRB Per Kapita, Indeks Gini, laju inflasi, tingkat kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia dan Tingkat Pengangguran Terbuka.
- Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan kontribusi dari pertumbuhan berbagai macam sektor ekonomi, yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dihitung dari peningkatan nilai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan setiap tahunnya. Selama kurun waktu 2013-2017, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat ratarata tumbuh 5,3 persen tiap tahunnya dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2013 sebesar 6,05 persen dan terendah pada tahun 2015 sebesar 4,88 persen. Pada tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat tumbuh sebesar 5,17 persen lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya sebesar 5,20 persen.
Selama tahun 2013-2017, kabupaten/kota yang mengalami laju pertumbuhan ekonomi relatif tinggi adalah Kubu Raya (rata-rata 6,39% per tahun); diikuti Sekadau (rata-rata 5,91% per tahun) dan Ketapang (rata-rata 5,87% per tahun). Sedangkan kabupaten/kota yang mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah (di bawah rata-rata Kalbar) adalah Sanggau (ratarata 4,20% per tahun), Bengkayang (rata-rata 4,70% per tahun), dan Melawi (rata-rata 4,72% per tahun).
Selama kurun waktu 2013-2017, dari 17 (tujuh belas) sektor perekonomian penyusun PDRB di Kalimantan Barat, terdapat 4 (empat) sektor dengan kontribusi terbesar, yakni Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dengan rata-rata kontribusi per tahun sebesar 21,08 persen; sektor Industri Pengolahan dengan rata-rata kontribusi per tahun sebesar 16,18 persen , sektor Perdagangan Besar, Eceren, Reparasi Mobil dan Sepeda dengan rata-rata kontribusi per tahun sebesar 14,49 persen; dan sektor Konstruksi dengan rata-rata kontribusi per tahun sebesar 12,40 persen.
- PDRB Per Kapita
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita adalah hasil bagi antara nilai PDRB dengan jumlah penduduk periode tertentu. Nilai PDRB Per Kapita digunakan untuk mengetahui nilai PDRB per kepala atau per satuan penduduk di suatu wilayah. Nilai PDRB Per Kapita Kalimantan Barat terus mengalami peningkatan, pada tahun 2017 nilai PDRB Per Kapita Kalimantan Barat menunjukkan angka Rp 35,98 Juta meningkat 8,37 persen dibandingkan kondisi tahun 2016 sebesar Rp 33,20 Juta.
- Indeks Gini
Indeks Gini merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Nilai Indeks Gini berkisar antara 0 dan 1. Apabila nilai Indeks Gini bernilai 0 berarti pemerataan sempurna sedangkan apabila bernilai 1 berarti terjadi ketimpangan sempurna.
Selama periode 2013-2017, nilai Indeks Gini Kalimantan Barat menunjukkan perbaikan dilihat dari nilai indeks yang bergerak menjauh dari angka 1. Untuk perhitungan bulan Maret dari tahun 2013 hingga tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 17,5 persen atau turun 0,07 poin. Sedangkan perhitungan bulan September dari tahun 2013 sampai 2017 mengalami penurunan sebesar 13,16 persen atau 0,05 poin.
- Laju Inflasi
Laju Inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus.Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.
Laju inflasi Kalimantan Barat diukur dari laju inflasi ibu kota provinsi yakni laju inflasi Kota Pontianak. Selama periode 2013-2017 laju inflasi Kota Pontianak cukup terkendali. Pada tahun 2013 inflasi Kota Pontianak sebesar 9,48 persen turun menjadi 3,86 persen pada tahun 2017.
- Tingkat Kemiskinan
Persentase penduduk miskin merupakan persentase penduduk suatu wilayah yang berada di bawah garis kemiskinan. Persentase penduduk miskin yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di suatu wilayah juga tinggi.
Selama periode 2013-2017, persentase penduduk miskin terus mengalami penurunan. Pada bulan Maret 2013 persentase penduduk miskin Kalimantan Barat sebesar 8,24 persen turun menjadi 7,88 persen pada bulan Maret 2017. Sedangkan untuk periode September 2013, persentase penduduk miskin di Kalimantan Barat adalah sebesar 8,74 persen turun menjadi 7,86 persen pada bulan September 2017. Jika dibandingkan antara periode Maret 2017 dengan periode September 2017, persentase penduduk miskin juga mengalami penurunan sebesar 0,02 poin.
Sementara itu, selama periode 2013-2017 jika dibandingkan, persentase penduduk miskin di perdesaan jauh lebih besar yakni rata-rata 4 hingga 6 persen per tahun dibandingkan dengan persentase penduduk miskin di perkotaan rata-rata sebesar 9 hingga 10 persen per tahun.
Persentase penduduk miskin di Kabupaten dan Kota se Kalimantan Barat selama periode 2013-2017 digambarkan melalui tabel 2.11. Pada tahun 2017 persentase penduduk miskin tertinggi berada di Kabupaten Melawi yakni sebesar 12,54 persen, sedangkan persentase terendah berada di Kabupaten Sanggau sebesar 4,52 persen.
- Tingkat Pengangguran Terbuka
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menunjukkan persentase penduduk angkatan kerja yang tidak bekerja. TPT Kalimantan Barat periode Februari 2017 mengalami penurunan sebesar 0,36 poin dibandingkan periode Februari 2016. Sementara TPT periode Agustus 2017 mengalami peningkatan 0,13 poin dibandingkan TPT periode Agustus tahun sebelumnya.
Pada tahun 2013 Kabupaten Sanggau merupakan daerah dengan tingkat pengangguran terbuka terendah yakni sebesar 0,78 persen sedangkan Kabupaten Kubu Raya merupakan daerah dengan tingkat pengangguran tertinggi sebesar 9,26 persen. Sementara itu, pada tahun 2017 Kabupaten Sekadau merupakan daerah dengan tingkat pengangguran terbuka terendah yakni sebesar 0,64 persen, sedangkan Kota Pontianak merupakan daerah dengan tingkat pengangguran terbuka tertinggi sebesar 9,36 persen.
- Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
Selama periode 2013-2017, IPM Provinsi Kalimantan Barat terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 IPM Kalimantan Barat sebesar 64,30 poin meningkat sebesar 1,96 poin atau 3,05 persen pada tahun 2017 menjadi sebesar 66,26 poin. Meskipun terus mengalami peningkatan, status pembangunan manusia di Provinsi Kalimantan Barat masih berstatus sedang.
Untuk IPM Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat selama kurun waktu 2013 hingga 2017 seluruhnya mengalami peningkatan dan sejak tahun 2015 seluruh Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat status pembangunan manusianya keseluruhannya telah masuk kategori sedang, terkecuali untuk Kota Pontianak dan Kota Singkawang yang status pembangunan manusianya masuk kategori tinggi.
- Konflik Sosial
Faktor keamanan dan ketertiban masyarakat sangat berpengaruh dalam mendorong percepatan pembangunan di suatu daerah. Kondusifitas disuatu wilayah juga berperan dalam mendorong datangnya investasi di wilayah tersebut. Selama periode 2013-2018, kondisi keamananan dan ketertiban umum di Kalimantan Barat cukup kondusif dengan digambarkan tidak terdapatnya kasus konflik sosial di masyarakat.
- Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
IKLH sebagai indikator pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia merupakan perpaduan antara konsep IKL dan konsep EPI. IKLH dapat digunakan untuk menilai kinerja program perbaikan kualitas lingkungan hidup. IKLH juga dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam mendukung proses pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Kriteria yang digunakan untuk menghitung IKLH adalah : (1) Kualitas Air, yang diukur berdasarkan parameter-parameter TSS, DO, BOD,COD, Total Fosfat, Fecal Coli, dan Total Coliform; (2) Kualitas udara, yang diukur berdasarkan parameter-parameter : SO2 dan NO2; dan (3) Kualitas tutupan lahan yang diukur berdasarkan luas tutupan lahan dan dinamika vegetasi.
- Fokus Kesejahteraan Sosial
Fokus Kesejahteraan Sosial digambarkan melalui indikator Jumlah Penduduk Usia Sekolah, Angka Melek Aksara, angka rata-rata lama sekolah, angka usia harapan hidup dan rasio penduduk yang bekerja.
- Jumlah Penduduk Usia Sekolah
Gambaran umum tentang akses penduduk terhadap berbagai jenjang dan jenis pendidikan di Kalimantan Barat disajikan pada Tabel 2.16. Pada tabel tersebut, penduduk pada jenjang Sekolah Dasar memiliki jumlah yang paling banyak dibanding dengan jenjang sekolah lainnya. Apabila diperhatikan penduduk usia sekolah yang bersekolah dijenjang yang selayaknya penduduk itu sekolah tampak bahwa angka paling besar terjadi pada sekolah dasar sederajat. Sementara jumlah penduduk usia sekolah yang bersekolah di jenjang yang selayaknya mereka sekolah yang paling kecil jumlahnya adalah jenjang pendidikan menengah.
- Angka Melek Aksara
Angka melek aksara berdasarkan BPS yaitu persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Angka melek aksara merepresentasikan tingkat kemampuan membaca dan menulis, yang berkorelasi dengan tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya. Korelasi yang didapatkan dari perhitungan persentase ini adalah semakin besar nilai angka melek aksara maka semakin banyak masyarakat yang mampu membaca dan menulis. Tabel 2.17 menyajikan Angka Melek aksara di Kalimantan Barat tahun 2013 – 2017.
Angka melek aksara Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan tren negatif, dengan pertumbuhan rata-rata per tahunnya sebesar -0,125 persen pada periode 2013 – 2017. Pada tahun 2013 – 2014, angka melek huruf di Kalimantan Barat sebesar mengalami kenaikan 0,4 persen, namun kurun waktu 2014-2015 terjadi penurunan sebesar 1,34 persen. Pada tahun 2016, angka melek huruf kembali meningkat sebesar 1.47% persen, kemudian mengalami penurunan sebesar 0.03 persen pada 2017. Persentase angka melek huruf yang cukup besar ini menunjukkan adanya meningkatnya kesadaran masyarakat akan pendidikan yang lebih baik.
Sebaran angka melek aksara setiap kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Barat disajikan pada Tabel 2.18. Pada tahun 2017 angka melek aksara paling tinggi ada pada Kota Pontianak sebesar 96,43 persen, sedangkan paling rendah ada pada Kabupaten Mempawah, yakni sebesar 90,90 persen. Pada beberapa kabupaten, angka melek aksara ini mengalami fluktuasi, namun pada Kabupaten Ketapang, Sekadau dan Melawi angka melek huruf di kabupaten tersebut terus mengalami kenaikan walaupun persentasenya relatif kecil. Semua ini menunjukkan bahwa angka buta huruf penduduk Kalimantan Barat relatif masih besar
- Angka Rata-rata Lama Sekolah
Angka rata-rata lama sekolah merupakan rata-rata jumlah tahun yang dibutuhkan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Indikator rerata lama sekolah ini dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang dijalankan. Angka rata-rata lama sekolah menunjukan seberapa lama penduduk mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Semakin cepat atau
mendekati ideal waktu yang dibutuhkan untuk lulus, maka kualitas pendidikan semakin baik.
- Harapan Lama Sekolah
Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang. Angka rata-rata lama sekolah menunjukan seberapa lama penduduk mengenyam pendidikan di bangku sekolah.
- Angka Pendidikan yang Ditamatkan
Indikator angka pendidikan yang ditamatkan merupakan perhitungan persentase masyarakat yang menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu pada tahun tertentu. Dengan mengetahui angka rata-rata pendidikan tertinggi yang ditamatkan, maka dapat diketahui tingkat partisipasi dan pendidikan masyarakat pada jenjang pendidikan tersebut. Sehingga dapat disusun program atau bentuk intervensi lain untuk meningkatkan angka pendidikan yang ditamatkan pada jenjang pendidikan tertentu. Pada indikator ini, semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan, maka semakin baik pula kualitas pendidikan penduduknya yang juga menggambarkan kemajuan suatu daerah, dalam hal ini Provinsi Kalimantan Barat.
bahwa secara umum tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk Kalimantan Barat adalah pendidikan dasar (SD/MI/Paket – SMP/MTs/Paket B). Pada tahun 2017 persentase penduduk 7–24 tahun yang menamatkan pendidikan pasar mencapai 51,48 persen. Selain itu, tabel tersebut juga menunjukkan bahwa penduduk yang tamat pendidikan menengah (SMA/SMK/MA/Paket) baru mencapai 13,76 persen. Pada jenjang pendidikan tinggi persentasenya bahkan baru mencapai 4,9 persen. Data ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kalimantan Barat masih didominasi oleh lulusan pendidikan dasar.
- Angka Harapan Hidup
Usia harapan hidup Kalimantan Barat, bila dibandingkan dengan rata–rata nasional, masih berada dibawah capaian secara nasional. Namun, pergerakan usia harapan hidup pertahun menunjukkan kinerja yang meningkat. Angka usia harapan hidup tahun 2017 mencapai 69,92 tahun meningkat 0,02 tahun bila dibandingkan kondisi tahun 2016 sebesar 69,90 tahun.
Angka Harapan Hidup tertinggi dicapai oleh Kabupaten Bengkayang (73,04 tahun) meskipun masih termasuk dalam kategori Kabupaten Tertinggal menurut Perpres Nomor 21 tahun 2018. Merujuk pada kondisi faktual tersebut, maka perlu pencapaian yang merata seperti pada Kabupaten Kayong Utara yang juga merupakaan Kabupaten Tertinggal dan memiliki Angka Harapan Hidup terendah, yaitu 67,46 tahun
- Rasio Penduduk yang Bekerja
Rasio penduduk yang bekerja merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja dengan angkatan kerja. Rasio ini menggambarkan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja atau bisa disebut sebagai gambaran permintaan tenaga kerja.
bahwa jumlah penduduk yang bekerja setiap tahunnya fluktuatif. Berdasarkan data pada tabel tersebut pada akhir tahun 2017 dapat disimpulkan bahwa 96,64 % dari angkatan kerja yang ada memperoleh pekerjaan sedangkan sisanya masih mencari kerja atau belum mendapatkan pekerjaan.